Sejarah Patung dan Pelinggih di Setra Sidakarya

“Tabik Ratu Pekulun”
Setiap tempat atau bangunan pasti ada ceritanya ataupun sejarah asal usulnya, tempat-tempat tersebut akan memiliki sejarahnya masing-masing, begitu juga dengan sejarah Patung/Togog dan Pelinggih di Setra Sidakarya, yang letaknya di Sisi Timur Lapangan Sepak Bola Karya Manunggal Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Keberadaan Patung di Setra Sidakarya ini dibuat oleh I Made Rabayasa dan di bantu oleh I Made Rubed dan I Wayan Rupeg pada tahun 1969, pada awalnya berkeinginan dibangun 3 (tiga) buah patung yaitu patung Birawa, patung Birawi dan patung Toktoksil, begitu dibuatkan patung yang pertama dengan posisi di timur menghadap ke barat entah kenapa saat memasuki akhir penyelesaian tiba-tiba patung itu rusak, begitu diperbaiki kembali rusak patung tersebut, merasa ada keanehan, pembuatan ketiga patung tersebut urung dilaksanakan, karena mendapat firasat lain, bekas patung pertama yang belum terbentuk sempurna tersebut, akhirnya dirubah begitu saja hingga menjadi wujud seorang perempuan dengan rambut panjang dan buah dada besar (gede lambih), setelah patung tersebut selesai, disuatu kesempatan datanglah I Pekak Ada, yang berasal dari Br Taman Sanur, untuk melihat patung ini dan entah kenapa I Pekak Ada, tiba-tiba kerahuan dan mepenika (mengatakan) agar patung ini di beri Wasta (nama ) Ratu Biang Gobleh atau singkatnya orang sering menyebut “Men Gobleh” .

Disuatu kesempatan, saat melintas I Pekak Kembar dari Suwung Kangin didepan Setra Sidakarya (sebelum lapangan sepak bola dibangun, dulu masih ada akses jalan depan Setra Sidakarya) melihat wajah patung tersebut berubah warna menjadi Merah-Hitam, melihat hal ini I Pekak Kembar menceritakan kejadian yang dilihat kepada I Made Rabayasa, bukan hanya I Pekak Kembar saja yang melihat keanehan ini, namun juga dilihat oleh I Wayan Roka yang sedang melintas di depan Setra Sidakarya, mendengar keanehan ini, akhirnya I Made Rabayasa merubah warna wajah patung ini menjadi “Merah-Hitam”, dimana yang menyumbangkan cat Merah-Hitam adalah I Wayan Roka sendiri, dan pada akhirnya patung ini selesai dibangun pada tanggal 5 Agustus 1969.


Dalam waktu berjalan kira-kira tahun 1971, dalam suatu kegiatan upacara, dimana salah satu sesepuh/penua pada waktu itu kerahuan dan mepenika (mengatakan) agar dibuatkan lagi satu buah patung wanita dengan paras cantik, kulit kuning langsat dan di beri Wasta (nama) “Ni Ratna sari - Ratna Juwita” atau orang kadang juga menyebut Gek-gek Tonggek, yang mana patung ini juga adalah salah satu anak dari Ratu Biang Gobleh, sesuai dengan petunjuk tersebut diatas, I Made Rabayasa kembali membuat sebuah patung duduk bersimpuh dengan posisi di utara menghadap ke selatan.



Diareal patung-patung ini ada juga Pelinggih Taksaka yaitu Pelinggih Pohon Kepuh dimana posisinya pelinggih ini berada posisi paling selatan dan Pelinggih Taksaka ini merupakan penukar Pohon Kepuh yang pernah ada dan tumbang kira-kira pada tanggal September 1955. Pohon Kepuh ini adalah Pohon Kepuh terbesar dan tertinggi yang pernah dimiliki oleh Desa Sidakarya dimana pada bagian batang bawah Pohon Kepuh ini ada sebuah lubang/goa dengan ruang yang cukup besar, bisa dibayangkan seberapa besar pohon ini, namun tiada yang kekal kehidupan didunia ini mungkin karena sudah tua akhirnya Pohon Kepuh ini tumbang juga dan saat tumbang arahnya menuju arah utara sehingga merusak sebagian Pelinggih Pura Dalem Sudha Sidakarya. Disamping Pelinggih Taksaka ada lagi satu pelinggih yang letaknya berada disamping utara Pelinggih Taksaka, menurut bebarapa sumber dulunya Pelinggih ini berada di tengah areal alang-alang (lapangan sepak bola sekarang), karena ada pembuatan lapangan sepak bola Desa Sidakarya melalui AMD XXI tahun 1986 (ABRI Menunggal Desa yang pelaksanaannya dimulai pada tanggal 1 sampai dengan 22 Juli 1986) akhirnya pelinggih yang dulunya berada ditengah alang-alang (sekarang Lapangan Sepak Bola) tersebut dipindah ke areal pelinggih sekarang. Disamping patung dan pelinggih tersebut, ada juga pelinggih yang berada di ujung selatan setra dan Pura Prajapati letaknya berada paling timur, yang merupakan pura pada umumnya di setiap setra masing-masing desa.

Baca juga artikel menarik lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar